TABARUK TIDAK BID'AH

Posted by KIGEDE SURANG On Sabtu, 14 November 2009 0 komentar
Oleh Tb. Ahmad Rivqi Khan

Tabarruk adalah mashdar (asal kata) dari tabarroka, akar kata dari albarokah. Albarokah sendiri berarti: Ziyadatulkhoir al ilahy (tambahan kebaikan dari Tuhan). Lalau diartikan ke bahasa kita mungkin berarti "ngalap barokah" atau mencari keberkahan (mencari kebaikan Tuhan, red). Memang semua tahu bahwa al fail fil haqiqoh hua Allah Subhanahu wata'ala (pelaku sebenarnya adalah Allah), seperti dalam alquran surat al mulk ayat satu: tabarokalladzi biyadihi almulku (maha berkah Allah Subhanahu wata'ala...). Bagaimana kedudukan Tabarruk atau ngalap berkah dalam al quran, hadits dan praktek dalam kehidupan sehari-hari, silahkan disimak artikel berikut ini.

Namun dlm bahasa 'Arab kita mengenal dua arti dari satu lafadz: Arti haqiqat dan arti majaz. Sekarang mari kita telusuri majaz. Mungkin 40% dari bahasa manusia terdiri dari majaz (idiom) dan kita menganggap sebagai hal yang wajar-wajar saja. Contoh: Kyai Zaid adalah Alim. Kata alim atau pandai pada Zaid itu majaz, sebab yang alim sebenarnya adalah Allah Subhanahu wata'ala dan manusia siapapun orangnya adalah BODOH sekalipun itu mujaddid.

Contoh lagi: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pemberi petunjuk kepada kita,itu juga majaz dan diakui oleh qur'an sendiri..."wa innaka latahdii ilaa shirotin mustaqiim"(sungguh engkau Muhammad adalah orang yang memberi petunjuk kepada jalan lurus). Tentu ayat ayat ini tidak ta'arud dengan ayat "wallahu alhady ila shallallahu 'alaihi wasallam aissabiil" Allah adalah pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Sebab ayat pertama berma'na majaz dan yang ke dua berma'na haqiqat. Adapun pemberi petunjuk sebenarnya adalah ALLAH Subhanahu wata'ala.Sekalipun kita tidak boleh menuduh orang sebagai MUSYRIK lantaran ia berucap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah pemberi petunjuk, sebab qur'an sendiri menyatakan demikian seperti di atas.

DI MANAKAH BAROKAH..?

Kita tahu Allah Subhanahu wata'ala maha pemberi barokah. Kalau kata albarokah kita artikan alkhoirulkatsiir (kebaikan yang banyak) seperti apa yang terdapat di berbagai kamus Arab, maka sudah tentu letak barokah itu terdapat di Makhluq Allah Subhanahu wata'ala, sekalipun asalnya tentu dari Allah Subhanahu wata'ala yang maha memberkati.

Adanya barokah yang terdapat pada makhluq Allah Subhanahu wata'ala tidak bisa DIPUNGKIRI sebab dalam Alqur'an, Allah Subhanahu wata'ala berfirman;

Alladzi baarokna haulahu..(al isro' ayat 1) yang kami barokahi sekelilingnya. Tentu tidak MUSYRIK bukan jika ada orang bermukim di Makkah atau Palestina dengan tujuan tabarruk dengan tanah yang diberkati Allah Subhanahu wata'ala.

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman: inna anzalnaahu fi lailatin mubarokah (QS. Ad dukhon ayat 3) kami turunkan alqur'an pada malam yang penuh barokah. Tentu sangat bodoh kalau kita menganggap bid'ah kepada orang yang tabarruk atau mencari keberkahan malam Ramadhan atau lailatulqadr dengan beribadah, bermunajat, tadarus dan lain-lain.

Fiman Allah yang lain: "....Min Syajarotin mubarokatin...(annur 35) dari pohon yang diberkahi. Maka kita tahu pohon Zaitun menjadi barokah karena Allah Subhanahu wata'ala.

Alhasil ma'na barokah itu banyak, dan dapat diartikan berbeda-beda sesuai maqamnya yang pantas. Lafadz barokah bagi makhluq Allah Subhanahu wata'ala dalam teks-teks hadits sangat banyak kita jumpai. Misalkan ada sebuah hadits Shohih masyhur:

"Inna filghonami la barokatan" (sungguh dalam kambing terdapat barokah) maka jangan sekali-kali kita mengkafirkan orang islam yang memelihara kambing karena mencari keberkahan usahanya (tabarruk) karena menjalankan dan percaya kepada petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kecuali orang yang dungu saja yang beranggapan seperti itu....

Begitulah, kalau kita telusuri lafadz barokah dari teks-teks qur'an dan hadits banyak terdapat pada "dzat"atau materi yang mempunyai keutamaan,seperti makanan,minuman,tempat,harta, anak-anak sesuai yang terdapat dalam sebuah do'a yang ma'tsur: "Allahumma barik fi maalihi wa aulaadihi wa umrihi (ya Allah berkatilah pada Hartanya,anak-anaknya dan umurnya).

Kalau kita cermati di kitab-kitab hadits apalagi bab al ath'imah beragam lafadz barokah dapat kita temukan baik secara eksplsit maupun implisit. Tentunya ada perbedaan yang jelas antara barokah Allah Subhanahu wata'ala sang Khaliq dengan barokah yang ada pada makhluqNya. Sebab barokah sang Kholiq bersifat "dzaty" ya'ni ada dengan sendirinya,sedangkan pada Makhluq bersifat a'rodhy atau musta'aar (diadakan atau pinjaman).

TRADISI (sunnah) TABARRUK pada SALAFUSSHOLIH...

Tentu sebagai kaum Ahlussunnah waljama'ah kita masyarakat pesantren, tidak mau melakukan perbuatan yang dilarang ajaran Agama,maka dalam berbagai hal kita mesti menteladani al-salaf al-shalih ya'ni para Shahabat,ulama dari kalangan Tabi'ien, aimmatul Madzahib dan murid-murid mereka. Supaya jangan terjebak di lingkaran "bid'ah munkaroh" atau bid'ah qobihah.

Contoh bertabarruk:

  1. Bertabarruk dengan rambut RosuliLLAH shallallahu 'alaihi wasallam : Dari utsman bin Abdillah bin Mauhib dia berkata; kelurga menyuruhku untuk mengambil wadah air ke Ummu Salamah ra, maka dia datang dengan membawa semangkuk perak berisi rambut Rosulillah shallallahu 'alaihi wasallam ,dan adalah jika ada seseorang terkena penyakit ain atau suatu penyakit diberikannya wadah air tadi (untuk minum), kemudian aku melihat wadah tersebut terdapat beberapa rambut merah (HR. Al Bukhory, kitab allibas).  
  2. Tabarruk dengan keringat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke rumah kami dan beliau tidur siang, kemudian ibuku (Umu Sulem) datang dengan membawa botol dan mewadahi keringatnya dengan botol tersebut,lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun dan Nabi berkata: "Sedang apa hai Ummu Sulem?", dia menjawab; "Ini keringatmu mau kami campurkan dengan minyak wangi." Ternyata minyak wangi tersebut paling wangi dari yang lainya (HR. Muslim.

0 komentar to TABARUK TIDAK BID'AH

Awood. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Blogger Tricks

Your embed code here!